Sabtu, 08 Agustus 2009

Sepekan yang Menyedihkan… Merpati ; Mbah Surip ; Si Burung Merak, Noordin Mati ; Derita Lapindo

Sedih ditinggal Mbah Surip Selasa 4 agustus lalu, oo pasti..
Secara mendadak menjadi penggemarnya belakangan sejak lagu-lagunya wira-wiri di tivi. Kepergian si mbah yang begitu tiba-tiba sanggup mengalahkan tragedi jatuhnya pesawat Merpati di Ampisibil Papua. Semua tayangan berita, menyuguhkan gambar Mbah, selengkap-lengkapnya dari perjalanan karirnya, ke-ngetopannya, hingga sampai raganya dimasukkan ke liat lahat secara live
Malah sehari jelang kepergiannya, salah satu stasiun tv menayangkan liputan aktifitas Mbah manggung, naik motor dibonceng Varid, anaknya, sampai demo membuat kopi kegemarannya. “ Pemirsa, Mbah lagi shooting membuat kopi sendiri. Airnya jangan penuh-penuh pemirsa, separuh saja,” kata Mbah saat disyut kamera tivi dan masih kuingat sampai aku menulis catatan ini. “Segerr”, imbuhnya lagi setelah mengaduk kopi sachet bikinannya dan menyeruputnya. 
Saat liputan itu ditayangkan, Mbah dikabarkan sedang sakit perut karena minum es. Feeling tidak enak saja. Dan tidak tahu kenapa, malamnya aku ingin menulis catatan tentang Mbah, “Man of the year “ 2009. Sempat juga berpikir, ah besok saja nulis yang banyak di laptop biar puas. Tapi sudahlah, rasanya harus malam itu. Susah payah aku mengetik di ponselku, dan jadilah catatan beberapa baris saja. Sekedar curhat kagumku terhadap Mbah, dan iklan salah satu provider selular yang dibintanginya.
Dan benar saja, siangnya, saat lagi siap-siap mau berkunjung ke rumah ortu, kepergian mendadak Mbah tersiar di televisi. Sedih, tapi begitulah adanya. Mati adalah pasti. 
Sempat merasa beruntung, karena sudah memberikan satu kekaguman dan rasa hormat padanya, lewat catatan ponsel yang aku ketik semalam sebelum Mbah tiada.

Dan saat Si burung Merak pun menyusul si Mbah...itu sudah kehendakNya…  

Ditemukannya si burung Merpati yang jatuh di Ampisibil, Bintang, Papua, tak urung membuat kita lega dan ikut berduka. Siapa sih yang tidak berharap, pesawat dan penumpangnya selamat meski harus menunggu bantuan berhari-hari. Dan lagi-lagi kuasaNya tak mampu dilawan. Mereka pun harus pergi meninggalkan orang-orang tercinta dalam penerbangan terakhirnya.

Noordin M Top tamat riwayatnya? Kita pun menarik napas lega dan bahkan bertepuk tangan keras. Ya, anggaplah akhir petualangannya itu sebagai pelipur lara kepergian tragis para korban bom, Mbah Surip, Si burung Merak, dan kisah sedih lainnya. 
Akan lebih puas lagi jika benar itu jenasah Noordin, kita bisa live pula menyaksikan terakhir kalinya wajah si gembong teroris itu. Sayangnya sampai detik ini, Noordin atau bukan belum bisa dipastikan. Huh…

Sepekan ini juga menjadi tragedi kemanusiaan bagi korban Lumpur Lapindo. Polda Jatim meng-SP3kan alias menutup kasus Lapindo alias Lapindo dinyatakan tidak bersalah terkait semburan Lumpur yang membuat ribuan warga menderita itu. Hwooooooi dimana letak keadilan ini ? gara-gara Lumpur panas brengsek itu warga jadi kena getahnya. Tragisnya lagi, derita berlipat-lipat korban Lumpur Lapindo itu kalah ekspose, karena berbarengan dengan aksi drama action di Kedu Temanggung dan Jati Asih Bekasi. 
Tidak tahulah siapa yang patut dipersalahkan, kalau semuanya tidak ada yang mau mengaku salah. Coba bayangkan, kalau benar 30 tahun lagi semburan itu baru berhenti.

Sejak awal semburan, baru pertengahan tahun 2008 lalu aku bisa live menyaksikannya. Maklum kelamaan di Bali, sudah lama tidak sempat menengok tempat kecilku dulu, Pandaan, yang otomatis jika aku bertolak dari Sidoarjo, lokasi Lumpur itu pasti kulalui. Hiii ngeri rasanya, setiap hari, tanggul lumpur ditinggikan. Kalau tiba-tiba jebol, tentu langsung melumat kendaraan yang melintas dibawahnya. Saat melintas malam hendak pulang ke Bali, kolam raksasa itu kulihat mengepulkan asap. 
Biar sajalah, mereka yang memulainya, leha-leha di kursinya, menikmati kemenangannya. Allah tidak tidur, biar Allah –lah yang mengirim azabnya.  

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kalo kamu gimana ?